by Mabrurotin Hamid
Hari
ini, Ramadhan memasuki hari ke-empat. Beragam kegiatan yang umum ditemui di
bulan suci sedang marak-maraknya dilaksanakan; tadarrusan, I’tikaf, bakti
sosial, bagi-bagi takjil, dan berbagai kegiatan positif lainnya. Semarak
padatnya kegiatan tersebut menjadi tak terasa berat walau dijalani dalam
keadaan berpuasa seharian. Apalagi bila acaranya adalah berkumpul bersama teman
atau keluarga, sambil menunggu azan Magrib berkumandang, yang di Indonesia kita
kenal dengan sebutan Ngabuburit.

Istilah ini diadopsi dari bahasa Sunda yang memiliki arti : waktu untuk menunggu panggilan azan pada bulan Ramadhan. Umumnya, ngabuburit diisi dengan berjalan-jalan, bermain atau berburu takjil. Selain itu, membaca al-Qur’an dan mendengarkan ceramah agama juga termasuk ngabuburit.
Penduduk
pulau Masalembo adalah salah satunya yang sangat menyukai kebiasaan ngabuburit
ini, atau dalam bahasa Madura populer dengan istilah “Nyare Malem”. Selepas
masuk waktu salat Ashar, jalan-jalan akan dipenuhi dengan kendaraan roda dua
yang terus berseliweran hingga azan Magrib tiba. orang-orang dari berbagai usia
akan tumpah ke jalanan, dari yang sekedar berjalan-jalan atau karena ingin kulineran.
Karena, pedagang takjil dengan mudah dapat ditemui di sepanjang ruas-ruas jalan
utama.

Berbagai
penganan berat atau ringan sangat menggoda untuk disantap. Sebut saja: Ladah,
makanan berat yang terdiri dari potongan lontong dengan siraman saus ikan yang
kental bertopping abon ikan bisa menjadi pilihan untuk menu berbuka, rasanya
gurih-legit, cocok untuk anda yang tidak suka manis. Selain itu ada juga, soto
ikan, bubur, dan aneka penganan lainnya yang sayang untuk dilewatkan.
Salah
satu penganan khas yang pasti ada di bulan Ramadhan adalah kue brungko, kue ini
terbuat dari pisang kepok kukus yang sebelumnya telah dilumatkan dengan
penambahan gula pasir, telur dan santan. Adonan kemudian dibungkus dengan daun
pisang yang akan menambah aroma sedap saat kue ini sudah matang. Di daerah
asalnya Sulawesi Selatan, khususnya suku Bugis dan Makasar, Brungko dikenal
dengan istilah Barongko atau dalam bahasa Bugis disebut : Utti Manurung. Sejauh
ini pemerintah sudah menetapkan Brungko sebagai salah satu warisan Budaya
Takbenda Indonesia.
Brungko
jarang ditemui di luar bulan Ramadhan, beda dengan Ladah, soto ikan dan bubur
yang bisa dibeli setiap hari sebagai menu sarapan di pagi hari.
Setelah
puas kulineran, menikmati keindahan pantai bisa menjadi opsi selanjutnya. Pulau
kecil yang terpencil ini memiliki beberapa pantai indah berpasir putih. Yang
sungguh disayangkan tidak dikelola dengan baik, mungkin akan beda nasib
pantai-pantai itu bila berada di wilayah daratan.
Dermaga-pelabuhan
Syah Bandar adalah salah satu tempat nongkrong yang selalu ramai di sore hari
bulan Ramadhan, orang-orang yang datang kadang sambil memancing. Mereka akan
duduk berderet di sepanjang dermaga yang memanjang dari utara ke selatan. Hasil
pancingan biasanya berupa ikan dan cumi-cumi. Menjadi sebuah kepuasan
tersendiri saat umpan yang dilempar termakan buruan sebab sampai di rumah kita
bisa berbuka dengan lauk ikan bakar segar.
Bagaimana suasana
Nyare Malem di tempatmu?
Karduluk-Sumenep,
26 Maret 2023/ 04 Ramadhan 1444 H
0 Komentar