Oleh Achunk Maloloh/MR. Mauludi
Kaki lima sering kita dengar identik dengan pedagang kelas menengah ke bawah. Tempat berdagang pun bukan di tempat yang mapan melainkan di pinggir-pinggir jalan yang strategis dan merupakan tempat keramaian. Misalnya daerah pasar dan jalan raya yang padat lalu lintas.
Pedagang kaki lima memiliki pengertian pedagang yang berjualan di serambi (emper) toko atau di tepi jalan (trotoar.) Pedagang kaki lima rata-rata orang yang status sosialnya secara ekonomi adalah menengah ke bawah. Mereka berjualan menggunakan lapak-lapak, gerobak, tenda, dan bahkan lesehan.
Waktu berjualan tidaklah nonstop atau sehari semalam. Akan tetapi ada waktu tersendiri yakni dimulai dari siang jelang sore hingga malam hari. Aneka ragam makanan dan minuman tersedia baik siap saji maupun masih proses dimasak. Selera dan rasa bermacam-macam sesuai menu yang disajikan.
Harga atau tarif rata-rata lebih murah dari kelas cafe dan depot. Murah meriah menjadi ciri khas dan daya tarik dari pedagang kaki lima. Pengunjung tidak kalah ramainya dengan cafe atau depot, bahkan bisa lebih ramai. Harga rakyat yang paling diminati oleh para pengunjung.
Ada keasyikan tersendiri bagi pengunjung yang membeli di pedagang kaki lima. Selain murah meriah, bisa turut serta meramaikan suasana. Bahkan, menjadi sebuah rutinitas dalam suasana santai dan jalan-jalan menikmati hiruk-pikuknya.
Ramai dan tidak pernah sepinya pedagang kaki lima menjadi inspirasi dan semangat bagi para pendidik di dunia pendidikan, khususnya di sekolah. Artinya, bagaimana sekolah selalu ramai dan penuh semangat memberi warna setiap harinya seperti pedagang kaki lima yang tak pernah sepi dari keramaian, sehingga roda ekonomi terus berputar. Sekolahpun harus terus berputar menuju perubahan yang lebih baik dengan menjadi pendidik kaki lima.
Pendidik kaki lima harus mampu menyajikan layaknya pedagang kaki lima yang bervariasi. Menu-menu dan sajian pembelajaran harus sejalan dengan selera dan rasa warga di sekolah. Pembelajaran tidak harus menoton, melainkan bagaimana pelayanan yang baik dan menarik bisa dilakukan oleh pendidik kaki lima.
Pendidik kaki lima setidaknya mampu menjual ide-ide, gagasan-gagasan, temuan-temuan, dan penelitian-penelitian yang mampu meningkatkan sumber daya manusia lebih berkualitas dan berdaya saing tinggi. Pendidik kaki lima tidak harus diam membisa di kala sepi atau merasa tidak akan ada yang mau membelinya meski gratis sekalipun.
Pedagang kaki lima yang laris manis dan selalu penuh pengunjung adalah yang mampu menyajikan rasa yang enak dan harga terjangkau. Tidak perlu mahal namun setiap hari habis dengan keuntungan yang sedikit demi sedikit. Pendidik kaki limapun setidaknya bisa seperti itu atau paling tidak mampu meniru pedagang kaki lima yang penuh semangat demi masa depan yang cerah.
1 Komentar
Mantap
BalasHapus