Selamat Datang - DI Blog KATA BINTANG, tempat berproses dan berproduksi serta saling berbagi. Tempat yang nyaman dan saling menguatkan. Tempat para Bintang Memijar.

Kata Menggugat

Makna muncul dari sebuah kata. Kepahaman juga berasal dari makna yang kata susun secara benar. Walaupun dari sebuah kata dapat terbit beberapa makna, tapi untuk menimbulkan makna tersebut organ penyusun kata menjadi syarat utama lahirnya makna.

Sebelum kata terbentuk dan bermakna, ada beberapa tahap penyusunan. Mulai dari huruf, suku kata, kemudian berarti menjadi kata. Untuk membentuk makna yang lebih tebal dan padat, kata kemudian termodifikasi dari awalan, sisipan, dan akhiran. Pada tahapan yang lebih rumit, kumpulan kata-kata menjadi satu kata melalui proses metamorfosis misal akronim.




Ketika mengintip obrolan berupa pesan singkat, banyak ditemukan pemerkosaan kata, manipulasi kata. Ada yang dipenggal, ada yang sekedar disingkat, bahkan ada yang memunculkan pesan rahasia dengan hanya menampilkan satu huruf semisal P (mewakili Ping sebagai tanda mengecek apakah yang mau diajak komunikasi sedang online atau tidak).

Salam juga diperas begitu kejam. Contoh: Ass. Wr. Wb (salam umat Islam). Tentu orang Islam paham bahwa itu bentuk sederhana dari salam yang lengkap. Sah-sah saja menyingkat begitu ringkas, tetapi ketika yang diringkas adalah doa berupa tulisan, tentu kehilangan makna sejatinya. Secara subyektif dapat mengurangi tingkat ketulusan pemberi salam itu sendiri.

Jd, jk, g, dmn, spt, jl, kmn, trs, kmd, dan sebagainya adalah bentukan yang tidak bisa disebut sebagai kata. Aturan mainnya menyatakan bahwa ada beberapa bentukan kata yang diperbolehkan untuk disingkat seperti: dll, dsb, an, dan sebagainya. Kata yang dimanipulasi kemudian lebih mirip pada kode (sandi).

Saat diperlakukan demikian kata kemudian resmi menggugat. Ia menggugat dengan cara menghilangkan makna. Kata merendahkan diri serendah mungkin agar tak menemukan makna. Kata pada akhirnya tidak menjadi sakti. Kata bukan lagi doa baik. Kata kehilangan rayu dan pesonanya. Kata bukan lagi ungkapan cinta. Kata menjadi puzzle. Kata menjadi sampah. Kata yang demikian ibarat janin yang lahir dan terbuang. Kata kembali kepada tuhannya dengan wajah sangat menyedihkan.

Lebih jauh kata menggugat dengan melenyapkan buku. Kata tidak lagi menghasilkan suara dan lagu. Ia akan lebih banyak memproduksi senyap. Manusia pada akhirnya menjadi setumpuk daging yang bergerak. Berkomunikasi juga hanya dengan gerak. Burung-burung kehilangan kicau. Kucing lupa mengeong. Angin diam. Laut beku. Pikiran hanya menampung darah dan air. Mulut manusia pun dicor.

Sungguh mengerikan ketika kata menggugat. Kehancuran dan kebinasaan terjadi padahal tuhan mencipta segala sesuatu dengan kata. Akal manusia juga diwarisi dengan kata. Begitu pula hatinya bahkan tuhan menurunkan petunjuk berupa kata. Nama, sifat, dan perilaku adalah kata yang merujuk pada makna. Sungguh, akhir kehidupan pun akan ditutup dengan kata.

6 Comments

  1. Setelah membaca tulisan ini, saya melihat lebih ke dalam diri. Adakah saya termasuk yang harus jadi sasaran gugatan ini.

    Terima kasih atas kebermanfaatan tulisan ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha. Di situlah bukti bahwa manusia tempatnya salah dan sampah wkwkwkwk

      Delete
  2. "... Sungguh, akhir kehidupan pun akan ditutup dengan kata." suka sekali dengan kalimat itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga kita semua ditutup dengan: Yaa ayyuhan nafsul mutmainnah, irji'ie' ilaa robbki......"

      Delete